PORTALBANGKALAN.COM - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi telah menggebrak dunia infrastruktur dengan mengumumkan pembangunan Bandara APT Pranoto yang terletak di Samarinda. Terletak di tanah labil, pembangunan bandara megah ini telah memicu kontroversi besar, dengan biaya yang tak terduga dan kisah menarik di balik prosesnya.
Proses Restrukturisasi di Tanah Labil
Menhub Budi Karya Sumadi memberikan penjelasan mendalam mengenai proses pembangunan Bandara APT Pranoto di tengah kondisi tanah yang labil. Melalui kajian dan upaya restrukturisasi yang cermat, pihaknya meyakinkan publik bahwa bandara ini akan tetap berdiri kuat dalam jangka panjang. "Kami telah belajar banyak dari ilmu tanah di sini, menjadi pelajaran berharga dalam membangun infrastruktur di tanah labil," ungkap Menhub dalam keterangan resminya.
Kolaborasi dengan Akademisi Terkemuka
Dalam upaya menjaga kualitas pembangunan, Menteri Perhubungan mengungkapkan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengkaji kondisi tanah dan proses restrukturisasi. Kolaborasi ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam memastikan keberlanjutan dan kualitas pembangunan Bandara APT Pranoto.
Strategis untuk Ibu Kota Nusantara (IKN)
Menhub menegaskan bahwa Bandara APT Pranoto memiliki peran strategis sebagai penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Jika terjadi kendala di Bandara IKN, pergerakan bisa dialihkan ke Bandara APT Pranoto atau ke Balikpapan. Dengan panjang landasan pacu 2250 m x 45 m dan gedung terminal seluas 12.700 m2, bandara ini mampu menampung hingga satu juta pergerakan penumpang setiap tahunnya.
Berkembang di Tengah Pekerjaan Aktif