Ini Dia Sejarah Kelam Stasiun Jatinegara yang Terlupakan dan Mengapa Kini Jadi Cagar Budaya!

2 Maret 2023, 13:19 WIB
Ini Dia Sejarah Kelam Stasiun Jatinegara yang Terlupakan dan Mengapa Kini Jadi Cagar Budaya! /Humas KAI

PORTALBANGKALAN.COM - Mengulik sejarah kelam Stasiun Jatinegara yang dulunya bernama Rawa Bangke. Temukan mengapa stasiun ini menjadi cagar budaya yang penuh keaslian dari masa kolonial Belanda hingga saat ini.

Tahukah kamu bahwa Stasiun Jatinegara yang kini menjadi salah satu stasiun penting di Jakarta Timur dulunya bernama Rawa Bangke? Nama tersebut diambil dari bau bangkai yang sangat menyengat di wilayah tersebut.

Sejarah kelam Stasiun Jatinegara menjadi bagian dari perkembangan perkeretaapian di Indonesia yang menarik untuk diungkap. Kini, stasiun yang dulunya dipenuhi cerita seram itu menjadi cagar budaya yang menjaga keaslian bentuk dan nuansa masa kolonial Belanda.

Simak selengkapnya mengenai sejarah Stasiun Jatinegara yang terlupakan dan mengapa kini menjadi cagar budaya yang menarik untuk dikunjungi.

Baca Juga: Inilah Kisah Menarik di Balik Lagu 'Sepasang Mata Bola' yang Selalu Diputar di Stasiun Wates, Bikin Penasaran!

Stasiun Jatinegara yang berada di Kecamatan Matraman, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, dulunya dikenal sebagai Rawa Bangke.

Sejarah Stasiun Jatinegara yang kini menjadi cagar budaya memuat cerita kelam dalam perkembangan perkeretaapian di Indonesia. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang sejarah Stasiun Jatinegara.

Awal Mula Sejarah Stasiun Jatinegara

Sejarah Stasiun Jatinegara bermula dari sebuah wilayah bernama Rawa Bangke. Daerah ini dulunya merupakan rawa yang sangat luas dan jauh dari pemukiman. Wilayah ini seringkali menjadi lokasi aksi pembegalan bahkan pembunuhan.

Para pelaku pembunuhan biasanya membuang mayat korban di sekitar rawa, sehingga banyak bangkai manusia tergeletak begitu saja. Tak heran jika wilayah ini tercium bau bangkai yang sangat menyengat. Masyarakat Suku Betawi pun menyebut kata bangkai dengan kata bangke.

Selain dari pembantaian pemberontak Tionghoa pada peristiwa 1740, wilayah Rawa Bangke juga berasal dari pembuangan korban perampokan di daerah tersebut.

Perampok membuang mayat korbannya di wilayah tersebut untuk menghilangkan jejak. Kakek dari Haji Sanap, salah satu sesepuh Rawa Bunga, menjelaskan bahwa ada banyak cerita asal mula Rawa Bangke.

Perubahan Nama Menjadi Rawa Bunga

Pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, nama Rawa Bangke diubah menjadi Rawa Bunga. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kesan seram pada wilayah tersebut. Salah satu cerita rakyat yang menceritakan asal-usul wilayah Rawa Bangke adalah 'Si Hamsyah'.

Cerita ini mengisahkan bahwa wilayah Rawa Bangke dahulu merupakan hutan belantara yang dihuni oleh berbagai jenis binatang. Namun, wilayah tersebut kemudian dijadikan tempat pembuangan mayat oleh para perampok. Oleh karena itu, wilayah tersebut terkenal dengan sebutan Rawa Bangke.

Baca Juga: Ini Rahasia Sejarah Cilincing yang Terlupakan! Siapa Sangka Ada 12 Ribu Tentara Inggris yang Mendarat di Sini?

Perkembangan Stasiun Jatinegara

Pergantian nama wilayah Rawa Bunga menjadi Stasiun Jatinegara terjadi pada masa penjajahan Jepang. Meskipun pasukan Jepang tidak mengganti nama wilayah kekuasaan Belanda ke Jepang, namun terdapat banyak versi sejarah penamaan Stasiun Jatinegara.

Setelah Indonesia merdeka, seluruh aset perkeretaapian yang dulunya dikuasai oleh Jepang diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Saat ini, Stasiun Jatinegara dikelola oleh PT KAI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Stasiun Jatinegara Sebagai Cagar Budaya

Stasiun Jatinegara kini menjadi cagar budaya. Bentuk dan keaslian bangunan stasiun ini masih terjaga dengan baik, sehingga menjadi salah satu peninggalan sejarah yang penting bagi perkembangan perkeretaapian di Indonesia.

Selain itu, stasiun ini juga menjadi saksi bisu dari sejarah kelam di masa lalu. Stasiun Jatinegara dulunya bernama Rawa Bangke karena di sekitarnya terdapat banyak bangkai manusia yang dibuang, baik akibat pembegalan maupun pembunuhan. Sejarah pembantaian pemberontak Tionghoa pada tahun 1740 juga memberi warna tersendiri pada sejarah stasiun ini.

Pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, nama Rawa Bangke diganti menjadi Rawa Bunga dengan tujuan menghilangkan kesan seram. Namun, pada masa penjajahan Jepang, nama wilayah Rawa Bunga berubah menjadi Stasiun Jatinegara dan hingga saat ini nama tersebut masih dipertahankan.

Stasiun Jatinegara saat ini berada di bawah pengelolaan PT KAI sebagai BUMN dan terus beroperasi sebagai stasiun kereta api. Nuansa klasik masa kolonial Belanda tetap terjaga di bangunan stasiun ini, menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin melihat sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Sebagai cagar budaya, penting bagi kita untuk menjaga dan merawat keberadaan Stasiun Jatinegara. Dengan demikian, kita dapat terus mengenang dan mempelajari sejarah perkeretaapian Indonesia serta menghargai warisan budaya yang telah diwariskan kepada kita. ***

Editor: Mohamad Jamaludin

Tags

Terkini

Terpopuler