Akibat banyaknya kotoran sapi di daerah tersebut, aroma tidak sedap pun menyebar. Oleh karena itu, daerah ini dinamai Desa Pesing. Namun, sejak tahun 1947, Belanda telah diusir dari daerah tersebut oleh para Laskar Diponegoro, dan pabrik gula peninggalan Belanda sudah tidak beroperasi lagi.
4. Desa Pacarbeluk
Desa Pacarbeluk terletak di Kecamatan Mengeluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Menurut cerita rakyat, pada zaman dahulu, dua pengembara menemukan banyak tanaman pacar kuku ketika mereka menebang hutan untuk tempat tinggal. Dalam perluasan lahan pertanian mereka, mereka bertemu dengan seorang petapa yang sedang bersemedi.
Petapa tersebut membawa pakan nasi beberapa kapal yang dimakan dengan menggunakan tangan. Dalam bahasa Jawa, makan dengan menggunakan tangan disebut "mangkel." Dari sinilah nama dusun tersebut digabungkan menjadi "Pacarbeluk." Dusun Pacar dan Dusun Peluk bertemu dan menjadi Desa Pacarbeluk.
5. Desa Maling Mati
Desa Maling Mati terletak di Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Nama desa ini mungkin mengundang kesan yang kurang baik karena terjemahannya dalam bahasa Indonesia berarti "pencuri yang meninggal." Namun, ada cerita pahlawan di balik nama ini. Pada zaman dahulu, di daerah tersebut tinggal seorang pendekar bernama Maling Pendiri. Meskipun dia memiliki reputasi sebagai pencuri, dia mencuri untuk membantu orang miskin.
Pencurian yang dilakukannya tidak untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk dibagikan kepada orang-orang miskin. Suatu saat, datanglah seorang pencuri lain yang memiliki kemampuan yang sebanding dengan Maling Pendiri, yang juga dikenal sebagai Maling Kentiri. Terjadilah pertarungan antara kedua pendekar tersebut, dan akhirnya Maling Pendiri keluar sebagai pemenang, sedangkan Maling Kentiri meninggal. Dari sinilah nama Desa Maling Mati diambil.***