5 Perbandingan dan Perbedaan Biosolar B30 dengan Sumber Energi Non Bio

- 13 Januari 2024, 12:57 WIB
5 Perbandingan dan Perbedaan Dengan Biosolar B30 dengan Sumber Energi Non Bio
5 Perbandingan dan Perbedaan Dengan Biosolar B30 dengan Sumber Energi Non Bio /Dok. Perta Arun Gas/

PORTALBANGKALAN.COM - Biosolar B30 menjadi pilihan utama sebagai bahan bakar nabati di Indonesia, menggantikan bahan bakar mineral.

Perbandingan dengan sumber energi non-bio seperti bensin, solar, dan bahan bakar mineral lainnya membuka tabir perbedaan mendasar dalam pemanfaatan pendapatan. lantas bagaimana perbandingannya dengan sumber energi non bio Berikut adalah ulasan lengkapnya:

Baca Juga: 5 Ciri Ciri Bagaimana Produk yang sudah Memiliki dan Berstandar SNI Agar tidak Salah Lagi

1. Komposisi Bahan Bakar

Biosolar B30 mengusung komposisi unik, terdiri dari 30% metil ester (biodiesel) dan 70% minyak solar. Sementara itu, bensin dan solar murni terbuat dari 100% hidrokarbon bahan bakar mineral hasil penyulingan minyak bumi. Kementerian ESDM (2018) menjelaskan bahwa perbedaan komposisi ini memberikan sifat yang berbeda pada keduanya.

Beberapa poin perbedaan komposisi:

  • Biosolar B30 mengandung 30% metil ester dari minyak nabati.
  • Bensin dan solar murni tidak mengandung metil ester, hanya hidrokarbon dari minyak bumi.
  • Komposisi Biosolar B30 lebih ramah lingkungan karena mengandung unsur terbarukan.

2. Ketahanan Terhadap Oksidasi

Biosolar B30 memiliki ketahanan terhadap oksidasi yang lebih rendah dibandingkan bensin dan solar murni. Kandungan metil ester membuat Biosolar B30 lebih rentan teroksidasi, sehingga stabilitas penyimpanannya lebih rendah. Menurut penelitian Sugiyanto (2017), oksidasi dapat mengurangi kualitas Biosolar B30.

Beberapa poin perbedaan ketahanan oksidasi:

  • Biosolar B30 lebih rentan teroksidasi karena mengandung senyawa organik.
  • Bensin dan solar lebih tahan lama karena hanya mengandung hidrokarbon mineral.
  • Biosolar B30 harus disimpan dengan benar untuk menghindari oksidasi.

3. Titik Nyala

Titik nyala Biosolar B30 rata-rata 130-170 derajat Celcius, lebih tinggi dibandingkan bensin dan solar murni yang memiliki titik nyala 55-65 derajat Celcius. Titik nyala yang lebih tinggi menandakan tingkat keamanan yang lebih tinggi. Menurut Krisnangkura dalam Handbook of Biofuel (2020), ini mengindikasikan volatilitas yang lebih rendah dan risiko terbakarnya uap bahan bakar yang lebih kecil.

Beberapa poin perbedaan titik nyala:

Halaman:

Editor: Ari Prasetyo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah