Bedug Pandowo dianggap sebagai bedug terbesar di dunia karena panjang rata-ratanya mencapai 292 cm, garis tengah depan 194 cm, garis tengah belakang 180 cm, keliling bagian depan 601 cm dan keliling bagian belakang 564 cm.
bedug ini mengalami kerusakan pada tanggal 3 Mei 1936 setelah berusia 102 tahun.
Kulit banteng yang melapisi permukaan bedug kemudian diganti dengan kulit sapi Ongale dan sapi Pamacek dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo.
Bedug Pandowo digunakan untuk ditabuh menjelang salat Subuh, Ashar, Maghrib, dan Isya setiap harinya.
Selain itu, bedug juga ditabuh menjelang salat Idulfitri dan Iduladha, acara keagamaan Islam, dan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tak hanya itu, penabuhan bedug bersejarah ini juga menjadi simbol penghormatan.
Bedug Pandowo memang menjadi salah satu benda bersejarah yang sangat penting bagi masyarakat di Purworejo.
Selain memiliki ukuran yang besar dan memiliki sejarah pembuatan yang menarik, bedug ini juga menjadi simbol keagungan dan kebesaran Islam di wilayah tersebut.