Sebelum terowongan dengan diameter 14 meter ini dibangun pada Juni 2014 gagasan membangun terowongan kembar di proyek tol Cisumdawu hanya salah satu opsi yang akan dipilih ada opsi lain selain membangun terowongan.
Saat itu pihak satker pelaksanaan pembangunan jalan bebas hambatan Cisumdawu kementerian PUPR mengatakan ada beberapa opsi untuk menghindari adanya konstruksi terowongan tertutup menembus gunung.
Kala itu opsinya memindahkan Sisi Tanjungsari dan Sisi Sumedang untuk menghindari resiko menabrak gunung agar tak ada terowongan namun kala itu opsi ini tak jadi pilihan karena akan banyak mengubah lahan tol yang sudah dibebaskan.
Opsi lainnya yang juga tak jadi adalah membangun lintasan terowongan terbuka dengan menggali bukit hingga kedalaman 50-60 M dengan risiko kerusakan ekosistem, potensi longsor yang tinggi karena lahan lokasi merupakan tanah lunak.
Opsi ini memang sangat beresiko karena bila Gunung digali dengan kedalaman 60 meter maka konsekuensinya punya lereng yang sangat curam ada reaksi tak stabil sehingga berbahaya bagi pengguna tol karena rawan longsor.