Warga yang memutuskan untuk pindah ke daerah yang lebih rendah tidak mendapatkan tanah dari pemerintah, melainkan mereka membelinya sendiri.
Keputusan ini diambil untuk menjaga keselamatan mereka jika terjadi kejadian bencana yang dapat mengancam bangunan rumah mereka.
Selain mengkhawatirkan kondisi tanah yang rawan ambles, penduduk juga menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keterbatasan air bersih dan listrik menjadi masalah yang harus mereka atasi.
Bagi yang masih tinggal di kampung tersebut, mereka mengandalkan listrik dari senter sebagai sumber penerangan.
Baca Juga: Layanan SIM Keliling Surabaya 25-26 Agustus 2023, Cek Jadwal, Persyaratan dan Lokasinya Disini
Kampung terpencil di Ponorogo ini menjadi saksi bisu dari perjuangan warga dalam menghadapi tantangan alam dan keterbatasan infrastruktur.
Meskipun keadaannya tidak lagi ramai dengan kehidupan manusia, beberapa rumah yang berdiri sebagai reruntuhan mengingatkan akan masa-masa ketika kampung ini masih menjadi tempat tinggal yang aktif.***