Migrasi Masal, Kampung di Ponorogo Ditinggalkan Penduduknya, Ternyata Ini Alasannya

25 Agustus 2023, 09:20 WIB
Ilustrasi Migrasi Rame-Rame, Kampung di Ponorogo Ditinggalkan Penduduknya, Ternyata Ini Alasannya /YouTube Stefano Sanjaya

Portal Bangkalan- Di tengah hutan Ponorogo, terdapat sebuah kampung yang ditinggalkan oleh penduduknya dan hanya menyisakan sedikit rumah yang terbengkalai.

Lokasi kampung ini tergolong sebagai kampung terpencil yang sulit dijangkau.

Jalannya yang sempit dan terjal menjadi tantangan bagi siapa pun yang ingin menuju ke sana, dengan jarak sekitar 1,5 km dari kampung terakhir.

Kampung yang dimaksud terletak di Kampung Pelus, Desa Slahung, Ponorogo.

Dilansir Portal Bangkalan dari saluran YouTube Jejak Richard pada 22 Agustus 2023, sebagian besar warga telah pindah ke daerah yang lebih rendah.

Di tengah hutan ini, masih terdapat hewan peliharaan warga yang ditinggalkan dan belum dipindahkan ke tempat baru.

Banyak rumah yang ditinggalkan oleh warga mengalami kerusakan serius, bahkan ada yang sudah roboh.

Alasan utama di balik migrasi massal penduduk kampung ini adalah tanah di tengah hutan yang rawan ambles, yang menyebabkan bangunan menjadi rusak.

Selain itu, minimnya pasokan air dan listrik juga menjadi kendala bagi mereka yang memilih untuk tetap tinggal di sana.

Warga yang memutuskan untuk pindah ke daerah yang lebih rendah tidak mendapatkan tanah dari pemerintah, melainkan mereka membelinya sendiri.

Keputusan ini diambil untuk menjaga keselamatan mereka jika terjadi kejadian bencana yang dapat mengancam bangunan rumah mereka.

Selain mengkhawatirkan kondisi tanah yang rawan ambles, penduduk juga menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keterbatasan air bersih dan listrik menjadi masalah yang harus mereka atasi.

Bagi yang masih tinggal di kampung tersebut, mereka mengandalkan listrik dari senter sebagai sumber penerangan.

Baca Juga: Layanan SIM Keliling Surabaya 25-26 Agustus 2023, Cek Jadwal, Persyaratan dan Lokasinya Disini

Kampung terpencil di Ponorogo ini menjadi saksi bisu dari perjuangan warga dalam menghadapi tantangan alam dan keterbatasan infrastruktur.

Meskipun keadaannya tidak lagi ramai dengan kehidupan manusia, beberapa rumah yang berdiri sebagai reruntuhan mengingatkan akan masa-masa ketika kampung ini masih menjadi tempat tinggal yang aktif.***

Editor: Mohamad Jamaludin

Tags

Terkini

Terpopuler